Minggu, 09 Desember 2012

Otak Selama Tidur Berperilaku Mengingat

Neuron-neuron entorhinal menunjukkan aktivitas persisten, berperilaku layaknya mereka mengingat sesuatu sekalipun di bawah pengaruh anestesi saat tikus tak bisa merasakan atau membaui atau mendengar apapun."

Para peneliti dari Universitas California, Los Angeles (UCLA) untuk pertama kalinya mengukur aktivitas suatu area dalam otak yang sedang tertidur, yaitu area yang terlibat dalam pembelajaran, memori dan penyakit Alzheimer. Mereka menemukan bahwa bagian otak ini berprilaku layaknya sedang mengingat sesuatu, bahkan di bawah pengaruh anestesi; sebuah temuan yang bertentangan dengan teori-teori sebelumnya tentang konsolidasi memori selama tidur.
Tim riset secara simultan mengukur aktivitas neuron-neuron tunggal dari beberapa bagian otak yang terlibat dalam pembetukan memori. Teknik ini memungkinkan mereka menentukan bagian otak mana yang mengaktifkan area-area otak lainnya dan bagaimana aktivasi tersebut

Sabtu, 08 Desember 2012

Genom Lalat Menunjukkan Seleksi Alam dan Kembali ke Afrika

Genom-genom lalat Afrika menunjukkan bahwa, hanya dalam beberapa dekade ini, lalat-lalat yang serupa dengan yang ditemukan di Eropa dan AS telah membangun kembali populasi di Afrika.

Saat nenek moyang manusia keluar dari Afrika puluhan ribu tahun yang lalu, lalat buah Drosophila melanogaster ikut serta bersama mereka. Kini lalat buah, yang secara luas digunakan untuk penelitian genetika, kembali ke Afrika dan membangun populasi, berdampingan dengan lalat yang tak pernah meninggalkan Afrika — menawarkan wawasan baru tentang pendorong yang membentuk variasi genetik.
Itulah salah satu temuan dari dua makalah yang dipublikasikan bulan ini oleh para peneliti dari Universitas California, Davis, serta para kolega lainnya, yang mendeskripsikan genom dari hampir 200 strain lalat kecil.
Hasil kerja ini mengungkap bukti kuat seleksi alam secara keseluruhan pada genom D. melanogaster, kata Charles Langley, profesor genetika di Departemen Evolusi dan Ekologi Universitas California, Davis, dan sebagai penulis dalam kedua makalah. Itu sangat kontras dengan apa yang diketahui dari genom manusia, yang menunjukkan bukti yang relatif sedikit mengenai adaptasinya selama 100.000 tahun terakhir.
Riset ini secara keseluruhan bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam pada berbagai pendorong yang membentuk variasi genetik, kata Langley. Sementara, para ahli genetika manusia tengah mengerjakan pengurutan seribu genom manusia untuk mencapai tujuan yang sama, pengetahuan yang diperoleh dari mempelajari genetik lalat telah dan akan membantu upaya tersebut.
“Sebagian besar teori dan metode statistik tentang genetik manusia sejak awal mendorong dilakukan studi tentang lalat, karena lalat lebih mudah dan lebih cepat dalam pengerjaannya,” kata Langley, “Model organisme seperti ini berperan penting dalam mengembangkan peralatan dan berbagai gagasan.”
Makalah pertama, yang dipublikasikan pada 1 Oktober dalam jurnal Genetics, melaporkan genom dari 37 strain Drosophila yang dikumpulkan di Raleigh, N.C., dan enam strain dari sub-Sahara bagian Malawi. Makalah lainnya, yang dipublikasikan baru-baru ini dalam PLoS Genetics, mendeskripsikan 139 strain lalat yang meliputi 22 populasi di Afrika dan satu di Eropa.
Drosophila melanogaster berasal muasal dari Afrika, dan di situlah mereka menunjukkan sebagian besar keragaman genetik — seperti yang terjadi pula pada manusia. Lalat ini diduga muncul di Eropa sekitar 50.000 tahun yang lalu, berdampingan dengan manusia modern. Dalam perjalanannya, baik manusia maupun lalat dipersempit sedemikian rupa melalui ’hambatan’ genetik[1] yang mengurangi keragaman dalam populasi. Dari generasi ke generasi, strain-strain lalat yang berbeda mengembangkan ceruk-ceruk yang cukup terspesialisasi – misalnya, kegemaran mendiami tempat pembuatan bir.
Namun genom-genom lalat Afrika menunjukkan bahwa, hanya dalam beberapa dekade terakhir, lalat-lalat yang serupa dengan yang ditemukan di Eropa dan AS telah membangun kembali populasi di Afrika, terutama dalam lingkungan-lingkungan baru seperti perkotaan dan industrial yang sedang berkembang. Sebagai contoh, di mana pabrik bir dan botol bir modern telah mengganti posisi pembuatan bir tradisional di Afrika, maka lalat-lalat pabrik yang “ter-Eropanisasi” mengikuti perubahan tersebut.
Gen-gen “Eropa” tersebut menyebar lebih cepat dibanding apabila penyebarannya terjadi melalui proses acak, tulis para peneliti.
“Mungkin urbanisasi dan pembangunan disukai oleh lebih banyak lalat “Eropa”,” kata Langley.
Universitas California, Davis, dikenal dalam dunia internasional untuk risetnya di bidang evolusi, ekologi dan genetika. Para peneliti di universitas ini melakukan kerjasama dalam upaya mengurutkan genom dari berbagai varietas tanaman dan hewan, meliputi gandum, padi, ketimun, kuda, kucing dan ayam. Untuk penelitian kali ini, mereka memperoleh pendanaan dari National Institutes of Health.
Keterangan:
  1. ^ Hambatan genetik, atau hambatan populasi (population bottleneck), adalah peristiwa evolusioner yang menyebabkan berkurangnya ukuran populasi akibat berbagai dorongan seleksi alam.
Kredit: Universitas California – Davis
Jurnal: C. H. Langley, K. Stevens, C. Cardeno, Y. C. G. Lee, D. R. Schrider, J. E. Pool, S. A. Langley, C. Suarez, R. B. Corbett-Detig, B. Kolaczkowski, S. Fang, P. M. Nista, A. K. Holloway, A. D. Kern, C. N. Dewey, Y. S. Song, M. W. Hahn, D. J. Begun. Genomic Variation in Natural Populations of Drosophila melanogasterGenetics, 2012; 192 (2): 533 DOI: 10.1534/genetics.112.142018

http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSBgr6K35XU8n6lRPjwBDz_DcXDh3Njguf-HD6SKxn6GqCNUtEI6Q"Partikel berbentuk cacing menghasilkan ekspresi gen dalam sel-sel hati 1.600 kali lebih banyak dibanding yang dihasilkan dua bentuk lainnya."

Para peneliti dari Universitas Johns Hopkins dan Northwestern telah menemukan cara untuk mengontrol bentuk nanopartikel yang berfungsi memindahkan DNA dalam tubuh, serta menunjukkan bahwa bentuk-bentuk penghantar ini bisa membuat perbedaan besar dalam hal pengobatan kanker dan berbagai penyakit lainnya.
Studi yang dipublikasikan pada 12 Oktober dalam jurnal Advanced Materials ini juga patut menjadi perhatian karena teknik terapi gen ini tidak harus memanfaatkan virus untuk menghantarkan DNA ke dalam sel. Beberapa upaya terapi gen yang bergantung pada virus mengandung berbagai resiko kesehatan.
“Nanopartikel ini bisa menjadi kendara penghantar yang lebih aman dan efektif untuk terapi gen, menargetkan berbagai penyakit genetik, kanker serta penyakit-penyakit lain yang bisa disembuhkan dengan

Minggu, 02 Desember 2012

Sel

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata “sel” itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti “kotak-kotak kosong”, setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.
Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje; menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu Sitoplasma dan Nukleoplasma
Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel) adalah bagian yang memegang peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis Cellula E Cellula).

Anatomi Tubuh Hewan

Dunia Hewan dibedakan menjadi dua yaitu Kelompok hewan tidak bertulang belakang (invertebrata) dan Kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata).

KELOMPOK HEWAN TIDAK BERTULANG BELAKANG (INVERTEBRATA)
Kelompok hewan tidak bertulang belakang (invertebrata) merupakan kelompok hewan yang paling banyak di muka bumi, hampir 2 juta jenis yang telah dikenali saat ini. Hidup pada lingkungan yang beragam, dari lingkungan hutan, gua, sampai lumpur dasar laut.
Hewan tidak bertulang belakang dikelompokkan menjadi  hewan bersel satu, hewan berpori, hewan berongga, cacing, hewan lunak, hewan berkulit duri, dan hewan berkaki beruas-ruas.
01-parameciumKelompok hewan bersel satu (Protozoa) berukuran sangat kecil sehingga tidak tampak dilihat dengan mata biasa. Hewan bersel satu umumnya hidup di tempat basah, misalnya di laut atau air tawar bahkan di dalam darah. Makanannya berupa tumbuhan dan organisme bersel satu lainnya. Hewan bersel satu berkembang biak dengan cara membelah diri. Contoh hewan bersel satu diantaranya paramecium, mempunyai ukuran sekitar 0,3 mm.
Kelompok hewan berpori (Porifera) seluruh tubuhnya berlubang-lubang halus, rangkanya tersusun dari zat kapur, kersik, atau zat tanduk. Hidup di laut yang dangkal dan berair jernih, karena hidup menempel maka tidak  bisa bergerak bebas. Contoh hewan berpori adalah spon karang (bunga karang). Spon karang tidak mempunyai syarat atau organ sensor. Makanan dan air didapatkannya melalui lubang pori-pori dan diproses oleh sel khusus yang disebut “sel pengembara”. Sel pengembara ini yang mendistribusikan makanan ke seluruh tubuh spon karang.